Wednesday, August 22, 2018

Memperoleh Dengan (cara) Memberi


MEMPEROLEH DENGAN (CARA) MEMBERI

Barangsiapa membawa amal baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya, dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (QS. Al-An’am; 160).

Pak Ikhlas memperoleh pendapatan (uang) setiap bulan sebesar Rp10 juta, dan setiap bulan pula dikeluarkan Rp1 juta untuk infak/sedekah kepada orang-orang yang kurang mampu (layak dibantu) di sekitar tempat tinggalnya, sehingga pendapatan sisa yang diterima Pak Ikhlas setiap bulan hanya sebesar Rp9 juta, atau dalam setahun hanya sebesar Rp9 juta x 12 bulan = Rp108 juta.

Begitu pun Pak Kedekut, memperoleh pendapatan setiap bulan sebesar Rp10 juta, sama dengan Pak Ikhlas, namun Pak Kedekut ini sama sekali tidak penah mengeluarkan infak/sedekah, sehingga pendapatan yang diterima Pak Kedekut setiap bulan tidak berkurang sedikit pun, tetap utuh sebesar Rp10 juta, atau dalam setahun sebesar Rp10 juta x 12 bulan = Rp120 juta.

Gambar : google image







Dari uraian di atas tampak bahwa pendapatan yang diterima oleh Pak Kedekut dalam setahun lebih banyak Rp12 juta jika dibandingkan dengan pendapatan yang diterima oleh oleh Pak Ikhlas. Namun apakah benar demikian?

Berdasarkan QS. 6;160 di atas, Alloh menjanjikan balasan 10 kali lipat atas perbuatan (amal) baik yang kita lakukan. Oeh karena itu kita hitung kembali besar pendapatan yang diperoleh Pak Ikhlas dan Pak Kedekut dalam 1 (satu) tahun.  Let’s see :

Pak Kedekut rutin infak/sedekah sebesar Rp1 juta setiap bulan, dan Alloh membalasnya 10 kali lipat, maka pendapatan yang diperoleh Pak Ikhlas setiap bulan sesunguhnya bukan Rp9 juta, melainkan sebesar Rp10 juta - Rp1 juta + (Rp1 juta x 10) = Rp19 juta, sehingga pendapatan yang diperoleh Pak Ikhlas dalam 1 tahun adalah sebesar Rp19 juta x 12 bulan = Rp228 juta.

Pak Kedekut yang tidak pernah infak/sedekah, dan Alloh tidak memberikan balasan infak/sedekah kepada Pak Kedekut, maka pendapatan yang diperoleh Pak Kedekut setiap bulan adalah tetap Rp10 Juta yaitu Rp10 juta – Rp0 + (Rp0 x 10) = Rp10 juta, sehingga pendapatan yang diperoleh Pak Kedekut dalam 1 tahun hanya sebesar Rp10 juta x 12 bulan = Rp120 juta.

Dengan demikian, atas infak/sedekah yang dikeluarkan, pada akhirnya membuat Pak Ikhlas menerima lebih banyak Rp108 juta jika dibandingkan dengan yang diterima oleh Pak Kedekut.

Lantas apakah Pak Ikhlas menerimanya dalam bentuk cash? Belum tentu. Bisa saja dalam bentuk lain, misalnya Pak Ikhlas yang tadinya ditakdirkan sakit dan hanya bisa sembuh jika berobat ke dokter dengan biaya yang mesti dikeluarkan sebesar Rp108 juta, ternyata sakitnya tidak jadi karena infak/sedekah itu.

Tapi apakah mungkin Pak Ikhlas mendapatkannya dalam bentuk cash? Bisa saja, misalnya entah dari mana dan bagaimana ceritanya tiba-tiba saja Pak Ikhlas dapat pekerjaan/usaha yang nilai keuntungannya mencapai Rp108 juta.

Bahkan keuntungan dari infak/sedekah itu bisa dalam bentuk-bentuk lainnya yang tidak kita sadari.

Bagaimana kalau setelah dirasa-rasa ternyata kita belum juga merasa dapat balasan sebagaimana contoh di atas atas infak/sedekah kita? Itu adalah ujian, seberapa besar keimanan kita terhadap firmanNya. Kenapa disebut ujian? Karena Alloh pasti menepati janjinya. Jika kita belum mendapatkan balasannya di dunia, maka dipastikan balasannya akan kita dapat di akhirat nanti (setelah mati).
 
Kemudian jika ternyata kita tidak cukup punya uang untuk berinfak/bersedekah karena untuk menutupi kebutuhan hidup bulanan saja tidak cukup, bahkan masih ngutang sana-sini? Maka berinfak/bersedekah lah dalam bentuk yang lain, misalnya; berlaku adil diantara dua orang, bertutur kata baik dan lemah lembut, bahkan membantu menyeberangkan seorang nenek tua yang sedang susah payah menyebrang di jalan raya, itu pun bentuk lain dari sedekah.

Dan itulah, filosopi memperoleh dengan cara memberi. Meskipun berat, bahkan sangat berat, tapi kita mesti membiasakannya, mudah-mudahan menggenapi dan menyempurnakan hidup kita.

Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.

0 komentar