SKALA BELANJA
(SAHAM)
(Uraian
Sederhana)
Mengatur besaran volume belanja saham itu gampang-gampang susah, apalagi kalau sudah keburu nafsu (euforia) atau bahkan keburu panic-buying, tapi intinya memang disiplin. Dalam belanja saham, pengaturan volume itu sangat penting, bisa skala besar (sekaligus), bisa juga skala kecil-kecil (average up), namun dalam penerapan skala belanja tadi ada beberapa batasan kondisi tertentu yang mesti dipenuhi.
![]() |
Gambar : google image |
Dalam
pola belanja skala besar, jika sedang dalam kondisi floating loss (FL) kemudian
tiba-tiba market berubah arah menjadi tidak sesuai dengan analisa, maka saat batasan
cut loss tersentuh, seketika itu juga wajib hukumnya mengeksekusi cut loss. Sebaliknya
jika sedang dalam kondisi floating profit (FP), segera lah keluar dari market, berapapun
FP yang telah didapat, abaikanlah target take profit (TP).
Bagi
retailer, belanja skala besar hanya cocok diterapkan dalam trading, bukan dalam
investing (bisa juga sih sebenarnya, cuma ketika harga di market tiba-tiba
turun ke bawah harga beli, maka average down (jika dianggap perlu) akan sulit dilakukan,
kecuali dana ditambah).
Belanja skala kecil-kecil dapat diterapkan dalam trading maupun investing, dan itu pun tetap ada batasan-batasannya, namun batasannya tidak seketat dalam pola belanja skala besar.
Belanja skala kecil-kecil dalam trading dimulai dengan belanja hanya sebesar 30% dana trading, jika harga naik lebih tinggi, pada range harga tertentu dilakukan average up dengan 10% dana trading, harga naik lebih tinggi lagi, lakukan average up lagi dengan 10% dana trading, begitu seterusnya sampai dana trading terpakai sebesar 90% (sisakan dana cash 10%). Maksud dari belanja nyicil 10% pada setiap range harga tertentu yaitu agar average harga yang didapatkan masih cukup jauh di bawah harga terakhir (harga saat ini).
Belanja skala kecil-kecil dapat diterapkan dalam trading maupun investing, dan itu pun tetap ada batasan-batasannya, namun batasannya tidak seketat dalam pola belanja skala besar.
Belanja skala kecil-kecil dalam trading dimulai dengan belanja hanya sebesar 30% dana trading, jika harga naik lebih tinggi, pada range harga tertentu dilakukan average up dengan 10% dana trading, harga naik lebih tinggi lagi, lakukan average up lagi dengan 10% dana trading, begitu seterusnya sampai dana trading terpakai sebesar 90% (sisakan dana cash 10%). Maksud dari belanja nyicil 10% pada setiap range harga tertentu yaitu agar average harga yang didapatkan masih cukup jauh di bawah harga terakhir (harga saat ini).
Eksekusi
TP jika trend naik telah terhenti dan muncul signal bearish reversal. Dalam
trading usahakan sedapat mungkin tidak melakukan average down, kecuali pada
saham-saham tertentu yang biasanya memang cepat kembali rebound, dan itu pun sedang
dalam kondisi trend naik (uptrend). Lakukanlah average down pada saat terjadi
retracement dalam trend naik. Pertanyaannya adalah kapan retracement
diperkirakan bakal berakhir dan harga membal kembali ke atas? tentu saja harus
sudah ada proyeksi titik support, bisa dengan cara manual (proyeksi garis bayang)
atau bisa juga dengan menggunakan tools, misalnya fibonacci retracement. Tapi meskipun begitu, average down harga dalam trading sebaiknya dihindari saja.
Dalam
investing memang sebaiknya menggunakan belanja skala kecil-kecil. Pada trend
naik jangka panjang (sesuai horizon investasi yang ditetapkan investor yang
bersangkutan), average up pada prinsipnya sama dengan average up pada trading skala
kecil-kecil di atas. Bahkan untuk memperbesar porsi investasi bisa ditambahkan modal
secara terus menerus dengan average up. Dalam investing bisa saja dilakukan average
down sampai batas-batas tertentu dengan syarat sangat ketat bahkan syarat wajib
yaitu emiten tidak sedang mengalami penurunan fundamental.
Banyak
kalangan mengatakan bahwa dalam investing tidak diperlukan analisa teknikal,
yang diperlukan investor adalah murni analisa fundamental. Namun jika investor
bermaksud menggunakan tools teknikal untuk menentukan titik-titik entry untuk
average harga, bisa saja mengkombinasikan teknikal dan fundamental.
Setelah
belanja sebesar 30% dari dana investasi, ternyata harga malah turun (koreksi),
maka tunggulah koreksi selesai dan lakukan average down dengan sebesar 30% dana
investasi yang belum terpakai pada saat muncul signal bullish reversal (selesai
retracement). Jika ternyata setelah average down tadi bullish reversal hanya
sebentar dan kemudian koreksi lagi, lakukan average down lagi sebesar 30% pada
saat harga sudah berada di support majornya. Perlu diingat, harga harus sudah
di support majornya dan kemudian muncul signal bullish reversal. Sekali lagi
perlu diingat, kondisi tersebut diterapkan pada saham miten dengan fundamental
yang sehat dan bagus.
Kemudian,
jika ternyata setelah average down kedua, harga malah break down support majornya,
maka sebagai investor, segeralah keluar dari saham tersebut, dan sebagaimana apa
yang dilakukan oleh para trader, lakukanlah cut loss, karena harga yang
break down support major biasanya emiten tersebut bermasalah dengan
fundamentalnya.
Support major di sini
adalah titik support dalam pergerakan trend naik harga jangka panjang (misalnya
5 tahun atau 10 tahun atau bahkan sejak emiten listing di bursa). Jika horizon
investasi yang ditetapkan oleh investor untuk periode misalnya 10 tahun, maka
support majornya adalah titik-titik support dalam pergerakan harga selama 10 tahun terakhir.
Bahwa average down dalam investasi cukup dilakukan dua kali saja pada saat yang tepat, lalu kenapa angkanya 30%?, koq tidak 10% seperti di atas, maksudnya adalah lagi-lagi agar didapatkan average harga terbaik yaitu harga yang cukup jauh di bawah harga terakhir (harga saat ini).
Kenapa
dana yang dipakai hanya sebesar 90%? koq tidak 100%, maksudnya adalah untuk
menjaga psikologis dan kesehatan mental. Bahwa ketika sedang FL, investor masih
bisa melihat ada dana cash di portofolio dan itu membantu investor untuk merasakan
bahwa tidak sedang benar-benar loss, hehehe.......Kegunaan lainnya adalah dana
cash tersebut bisa dilikuidasi/dicairkan kapan saja jika ada hal-hal yang mendadak
dan mendesak.
Dalam
trading maupun investing pada prinsipnya jangan sampai merugi, lalu jika pun
untung, ya anggap saja itu sebagai bonus dan rezeki dari yang Maha Kuasa, hehehe.............
Memang,
semua itu tidaklah gampang, bahkan dalam keadaan tertentu akan terasa sangat
sulit, tapi dengan terus berlatih dan berlatih, analisa dan intuisi akan
semakin tajam, dan dengan itu mudah-mudahan segalanya akan terasa lebih ringan
dan gampang.
Demikian,
mudah-mudahan bermanfaat.
Alhamdulillah bisa ketemu lagi disini, suhu di bei5000. Semoga sehat slalu.
ReplyDeletehahaha........alhamdulillah, sebaliknya apa kabar oom?
Delete