Thursday, February 21, 2019

PT. Garudafood Putra Putri Jaya Tbk

PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA Tbk (GOOD)

Penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offering) PT. Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) mungkin menjadi salah satu IPO yang paling ditunggu-tunggu oleh investor di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan berbagai produk makanan dan minuman yang sudah sangat dikenal di tengah-tengah masyarakat, GOOD ditunggu-tunggu sebagai alternatif lain tempat berinvestasi (saham) setelah PT. Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) atau PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) yang sahamnya sudah terlebih dahulu diperjualbelikan di BEI dengan harga pemium (mahal). 
Produk makanan dan minuman GOOD berupa olahan kacang-kacangan, biskuit, coklat, permen, makanan ringan (snack) dan minuman sudah sangat populer dengan berbagai merk dagang sebut saja misalnya Kacang Garuda, Pilus Garuda, Leo Snack, Gery Coklat, Boogie, Chocolatos, Waferlatos, Hollanda Butter Cookies, Okky Jeli Drink, Mountea Tropical Splash, Clevo, Super O2, Chocolatos Choco Drink, dan masih banyak lagi merek dagang lainnya.
Selain sudah punya brand image yang kuat, lini bisnis GOOD ditopang pula dengan lini bisnis distribusi dan logistik melalui PT Sinar Niaga Sejahtera (satu naungan dalam group usaha Tudung) yang membuat distribusi pemasaran produk GOOD menjadi lebih efisien. GOOD juga bekerjasama dengan Suntory Beverages & Foods Jepang mendirikan PT. Suntory Garuda Beverages yang merupakan joint venture perusahaan minuman non-alkohol seperti Mirai Ocha, MyTea dan De Koffie.
Gambar : google image
Setelah sekian lama ditunggu akhirnya waktu itu pun tiba. Pada tanggal 10 Oktober 2018, GOOD resmi mencatatkan sahamnya di BEI setelah melepas saham sebanyak 10,34% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Saham baru yang diterbitkan dari portefel sebanyak 762.841.290 lembar pada nominal Rp100 dengan harga saham perdana Rp1.285 per lembar, sehingga GOOD memperoleh dana segar hasil IPO sebesar Rp980.251.057.650.
Namun penerbitan saham baru tersebut ternyata tidak seluruhnya ditawarkan kepada investor publik (ritel) karena sebanyak 727.841.290 lembar diantaranya merupakan pelaksanaan atas Mandatory Convertible Bond (MCB) atau obligasi wajib konversi sebagai tindak lanjut dari perjanjian investasi (investment agreement) antara GOOD dengan perusahaan asal Singapura yaitu Pelican Company Limited (PCL) yang ditandatangani pada bulan Maret 2018.
Sebelumnya GOOD menerbitkan obligasi MCB di Singapura senilai Rp935 milyar yang seluruhnya diambil oleh PCL. Sebagai pemegang obligasi MCB, PCL dapat setiap saat mengkonversi obligasi tersebut menjadi saham, dan kebetulan saham baru yang diterbitkan pada tanggal 10 Oktober 2018 ditawarkan di harga Rp1.285 per lembar, sehingga dana Rp935 milyar yang diperoleh GOOD dari PCL setara dengan 727.841.290 lembar saham.
Oleh karena itu saham yang ditawarkan kepada investor publik (baca retail) pada pelaksanaan IPO tersebut hanya sebanyak 35.000.000 lembar saja atau hanya 0,47% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan perolehan dana “hanya” sejumlah Rp44.975.000.000.
Dengan saham baru yang ditawarkan kepada investor publik hanya sebanyak 350.000 lot, maka saham GOOD kemungkinan tidak akan ramai diperjualbelikan di bursa atau dengan kata lain tidak liquid. Kecuali jika PCL merealisasikan keuntungan dengan cara melepas kembali sebagian sahamnya di GOOD, hal tersebut mungkin saja akan berpengaruh.
PCL “membeli” GOOD pada harga Rp1.285 per saham, dan pergerakan harga saham GOOD dari sejak IPO (tanggal 10 Oktober 2018) hingga saat ini (tanggal 21 Februari 2019) berada pada level harga Rp1.750 – Rp3.000. Jika saja PCL “berniat” merealisasikan keuntungan dengan melepas sebagan sahamnya di GOOD tentu saja mereka sudah dapat untung banyak. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, bahwa PCL ini bukannya melepas GOOD, melainkan justru malah membeli lebih banyak lagi.
Berdasarkan laporan registrasi pemegang efek bulan Januari 2019, jumlah saham GOOD yang dipegang oleh PCL sebanyak 1.220.537.090 lembar (16,54%), meningkat dari jumlah sebelumnya pada saat IPO yang hanya sebanyak 727.841.290 lembar (9,86%). PCL sepertinya akan mempertahankan kepemiliknnya (investasi) di GOOD untuk jangka waktu yang panjang ke depan. Dengan kondisi seperti itu, jika investor retail mau dapat lebih banyak, tentu agak sulit.
Dari prospektus IPO yang disampaikan bahwa laba bersih per saham (EPS) tahun buku 2015, tahun buku 2016 dan tahun buku 2017 mengalami kenaikan signifikan dari Rp3 per lembar pada tahun 2015 menjadi Rp20 per lembar pada tahun 2016 (naik 566,67%) dan kemudian naik lagi menjadi Rp46 per lembar pada tahun 2017 (130,00%). Dan ke depannya dari setiap pencapaian laba bersih tahunan yang dicapai oleh GOOD, sebesar 40% diantaranya akan dibagikan sebagai dividen tunai kepada para pemegang saham.
Pada akhir tahun buku 2017, angka hasil penjualan (marketing sales) produk GOOD mencapai Rp7,48 triliyun. Angka hasil penjualan tersebut bisa dikatakan istimewa mengingat asset GOOD sendiri hanya sebesar Rp3,56 triliyun. Marketing salesnya lebih dari 2 kali lipat assetnya, bahkan 6 kali lebih besar dari modal bersihnya (ekuitas) yang hanya Rp1,26 trilyun. Laba bersihnya mencapai Rp341,52 milyar atau Rp46 per lembar saham.  
Prospek bisnis (konsumsi) yang cerah, kinerja keuangan yang bagus, dan proyeksi DPR sekitar 40% per tahun, menggambarkan bahwa GOOD ini merupakan sarana ideal untuk berinvestasi (jangka panjang). Namun kembali ke uraian di atas tadi, bahwa calon investor akan sulit mendapatkan sahamnya dalam jumlah banyak. Dan untuk mendapatkannya pun mesti membeli dengan cara menyicil sedikit demi sedikit karena pergerakan sahamnya kurang likuid dan ke depannya pun diperkirakan tetap “akan” kurang likuid.
Jadi sebaiknya bagaimana? Tunggu saja sampai saham yang dikuasai publik (retail) jumlahnya meningkat, siapa tahu PCL atau pemegang saham lama kemudian melepas sebagian sahamnya, atau menunggu GOOD melakukan stock split dan kemudian dilepas sebagian oleh para pemilik saham lama. Pada saat itu nanti siapa tahu harga saham GOOD ini valuasinya sudah lebih murah dibandingkan dengan valuasinya saat ini.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.

0 komentar