Monday, April 3, 2017

Imbal Hasil Investasi (Saham)


IMBAL HASIL INVESTASI (SAHAM)
(Capital Asset Pricing Model - CAPM)

Dalam tulisan sebelumnya kita membahas mengenai valuasi saham dengan metoda absolut Discounted Cash Flows (DCF). Dalam tulisan tersebut dibahas bagaimana menetukan harga wajar suatu saham dengan asumsi tingkat imbal hasilnya adalah tingkat imbal hasil yang kita inginkan dan kita tentukan sendiri (subyektif). Padahal tingkat imbal hasil yang sebenarnya berdasarkan riwayat pertumbuhan harga saham belum tentu sama dengan yang kita inginkan. Lagipula pertumbuhan harga tiap-tiap saham berbeda-beda.

Bisa terjadi saat kita mengharapkan tingkat imbal hasil dari saham ABCD dengan optimis sebesar 20% per tahun untuk jangka waktu selama 5 tahun berikutnya, namun dari riwayatnya, pertumbuhan harga saham ABCD hanya sebesar 15% per tahun, maka akibat dari subyektivitas tersebut, hasil valuasi harga saham ABCD kurang mendekati yang sebenarnya.

Gambar : google image
Oleh karena itu untuk mendapatkan valuasi harga suatu saham secara lebih obyektif (mendekati yang sebenarnya), pada tulisan kali ini kita akan membahas asumsi tingkat imbal hasil suatu saham secara lebih detail sesuai dengan riwayat pertumbuhan harganya.

Jack Treynor, William Sharpe dan Jhon Lintner memformulasikan metoda Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM digunakan untuk menentukan tingkat imbal hasil (investasi saham) dengan memperhitungkan resikonya. Formula CAPM adalah sebagai berikut :

r = r risk free rate + ß (r market – r rsik free rate)

r                  : tingkat imbal hasil suatu saham.
r risk free rate    : tingkat imbal hasil suatu instrumen investasi bebas resiko.
ß                 : koefisien beta emiten.
r market            : tingkat imbal hasil portofolio pasar.

r adalah tingkat imbal hasil suatu saham yang didapat dari imbal hasil suatu instrumen investasi yang bebas resiko ditambah dengan premi resiko (risk premium). Premi resiko di sini menggunakan beta (ß) saham sebuah emiten.

r risk free rate adalah tingkat imbal hasil suatu instrumen investasi yang bebas resiko. Dalam hal ini contohnya adalah obigasi negara ritel berupa Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri 013 dengan tenor 3 tahun sebesar 6,6% per tahun.

ß (beta) adalah koefisien beta emiten yang menunjukan sensitivitas harga suatu saham terhadap pergerakan harga market secara keseluruhan (JKSE). Beta setiap saham berbeda-beda. Beta tiap-tiap saham dapat kita lihat misalnya dengan menggunakan aplikasi investing.com. Dapat kita lihat bahwa ß (beta) saham EKAD menurut investing.com. pada gambar di bawah ini adalah sebesar 1,47.

Gambar : andirerei.com
Nilai koefisien ß (beta) suatu saham terbagi dalam 4 kategori yaitu (ß > 1), (ß = 1), (0 < ß < 1) dan (ß < 0), dengan penjelasan masing-masing kategori adalah sebagai berikut :
a.  (ß > 1) menunjukan bahwa pergerakan harga seuatu saham biasanya searah dengan pergerakan pasar secara keseluruhan (JKSE) tapi cenderung lebih agresif. Pada saat JKSE turun misalnya sebesar -2%, maka harga saham turun lebih dalam lebih dari -2%. Begitu juga sebaliknya, pada saat JKSE naik sebesar +2%, harga saham naik lebih tinggi di atas +2%.
Contohnya saham EKAD di atas dengan ß (beta) 1,47, artinya pada saat JKSE naik +2%, maka potensi kenaikan harga EKAD sebesar (1,47 x 2% = 2,94%). Begitu pun pada saat JKSE turun -2%, potensi penurunan harga EKAD sebesar -2,94%.
b.  (ß = 1) menunjukan bahwa pergerakan harga suatu saham biasanya searah dengan pergerakan pasar secara keseluruhan (JKSE). Pada saat JKSE turun sebesar -2%, penurunan harga saham pada kisaran -2% juga. Begitu juga sebaliknya, pada saat JKSE naik sebesar +2%, harga saham naik pada kisaran sebesar +2%.
c.   (0 < ß < 1) menunjukan bahwa pergerakan harga suatu saham biasanya lebih lambat daripada pergerakan pasar secara keseluruhan (JKSE). Pada saat JKSE turun sebesar -2%, penurunan harga saham kurang dari -2%. Begitu juga sebaliknya, pada saat JKSE naik sebesar +2%, harga saham hanya naik kurang dari +2%.
d.  (ß < 0) menunjukan bahwa pergerakan harga suatu saham cenderung berlawanan arah dengan pergerakan pasar secara keseluruhan (JKSE). Pada saat JKSE mengalami penurunan, harga saham malah naik. Begitu juga sebaliknya, pada saat JKSE mengalami kenaikan, harga saham malah turun.    

Selanjutnya adalah r market, yaitu tingkat imbal hasil portofolio pasar dalam hal ini indeks harga saham gabungan (JKSE). Pertumbuhan r market  ini dapat kita ketahui dengan perhitungan menggunakan rumus berikut ini :

Data “harga” JKSE pada tahun 1982 (harga dasar) sebesar Rp100,00 dan 34 tahun kemudian (akhir tahun 2016) sebesar Rp5.296,71, maka tingkat imbal hasil JKSE per tahun dalam kurun waktu selama 34 tahun adalah sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan data di atas menunjukan bahwa rata-rata tingkat imbal hasil investasi di JKSE pada kurun waktu tahun 1982 – 2016 adalah sebesar 12,4% per tahun.

Kemudian sekarang kita hitung tingkat imbal hasil investasi saham EKAD pada ß (beta) sebesar 1,47 dan tingkat imbal hasil pasar (JKSE) sebesar 12,4% per tahun, sebagai berikut:
r = r risk free rate + ß (r market – r rsik free rate)
r = 6,6 % + 1,47 x (12,4 – 6,6)
r = 6,6 % + 8,50
r = 15,10 %

Dari hasil perhitungan data di atas menunjukan bahwa rata-rata tingkat imbal hasil investasi di saham EKAD dalah sebesar 15,10% per tahun. Tingkat imbal hasil investasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat imbal hasil JKSE maupun ORI. Dengan tingkat imbal hasil sebesar 15,10% per tahun, selanjutnya kita hitung harga wajar EKAD dengan metoda DCF, berikut ini :


Dalam tabel perhitungan di atas, pada akhir tahun 2021 nanti saham EKAD diperkirakan diperdagangkan pada harga Rp3.041,17. Harga wajarnya saat ini adalah Rp1.571,40, sedangkan harga di market adalah Rp730,00. Dengan demikian berdasarkan valuasi dengan metoda DCF dan tingkat imbal hasilnya dihitung dengan metoda CAPM, harga saham EKAD saat ini berada di bawah harga wajarnya, atau dengan kata lain saham EKAD saat ini terhitung murah (undervalued) dengan selisih Rp841,40 (53,54%).

Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.

1 Response to "Imbal Hasil Investasi (Saham)"

  1. Karena kondisi ekonomi yang sedang membaik tahun ini, Saham “PT DEF” membagikan
    dividen per-lembar sebesar Rp. 2.500 yang diharapkan akan mengalami pertumbuhan
    sebesar 8% selama lima tahun pertama, kemudian akan tumbuh dengan tingkat
    pertumbuhan sebesar 10% untuk selamanya. Apabila tingkat keuntungan yang
    disyaratkan investor (ke) sebesar 14%. Berapakah harga yang layak (maksimum) untuk
    saham tersebut ?

    ReplyDelete