Sunday, February 28, 2021

Right Issue Saham

RIGHT ISSUE SAHAM

 

Dalam rangka untuk bisa terus mencatatkan pertumbuhan kinerja usaha, suatu perusahaan membutuhkan pendanaan (modal). Sumber pendanaan tersebut bisa berasal dari laba bersih perusahaan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham (laba ditahan), atau dari utang pinjaman bank, atau dari aksi korporasi penambahan modal (ekuitas). Bagi perusahaan publik (Terbuka), salah satu cara untuk menambah ekuitas dilakukan melalui skema penerbitan saham baru, yang dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui skema Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Tanpa HMETD).

Penambahan modal melalui skema HMETD biasa disebut dengan Right Issue atau Penawaran Umum Terbatas, sedangkan penambahan modal melalui skema Tanpa HMETD biasa disebut dengan Private Placement. Pada dasarnya tujuan keduanya sama yaitu untuk mendapatkan modal baru yang tidak berasal dari pinjaman bank. Tambahan modal baru tersebut untuk keperluan misalnya ekspansi usaha, membayar utang, atau kombinasi keduanya.


Pada proses right issue (HMETD), perusahaan menawarkan hak (right) kepada pemegang saham lama untuk mendapatkan saham baru yang akan diterbitkan perusahaan dengan cara membelinya pada harga tertentu dan dalam jangka waktu tertentu, sedangkan pada proses private placement (Tanpa HMETD), perusahaan tidak menawarkan hak (right) kepada pemegang saham lama untuk dapat membeli saham baru yang akan diterbitkan perusahaan, melainkan menawarkanya kepada calon investor baru yang akan menjadi salah satu pemegang saham terbesar dalam perusahaan tersebut.

 

Dalam skema Right Issue, right adalah hak, oleh karena itu pemegang saham lama boleh melakukan pembelian namun boleh juga tidak melakukan pembelian dengan melepas haknya tersebut. Jika hak ini tidak digunakan oleh pemegang saham lama, maka dapat diambil oleh calon pemegang saham baru yang biasa disebut dengan standby buyer. Dalam prosesnya, perusahaan menerbitkan saham baru dari saham simpanan perusahaan yang belum beredar (saham portepel) melalui proses right issue ini.

 

Right issue diterbitkan dengan menggunakan rasio tertentu, misalnya rasio 5:2, artinya setiap pemegang 5 lembar saham lama akan memperoleh hak untuk membeli 2 lembar saham baru yang akan diterbitkan, dengan kewajiban membayar pada harga tertentu untuk setiap lembar saham baru tersebut. Harga saham baru yang diterbitkan melalui proses right issue disebut sebagai harga right, yang mana harganya bisa lebih rendah, atau sama, ataupun lebih tinggi daripada harga saham yang sedang diperdagangkan di bursa saham.

 

Namun biasanya harga right ini lebih rendah daripada harga saham yang sedang diperdagangkan di bursa saham, sebab jika harga right lebih tinggi dari harga pasar, kemungkinan saham baru tersebut tidak akan dibeli oleh pemegang saham lama. Logikanya karena kalaupun investor lama ingin menambah kepemilikan saham, investor lebih diuntungkan jika membeli langsung dari pasar reguler dengan harga lebih murah daripada harga eksekusi right issue. Pada kasus ini biasanya HMETD akan ditampung oleh standby buyer.

 

Sebelum pelaksanaan right issue, perusahaan akan mengumumkan jadwal proses right issue tersebut. Dalam hal ini, perlu diperhatikan dua jenis tanggal pada jadwal right issue dimaksud yaitu cum date (cum right) dan ex date (ex right). Investor yang memiliki hak (right) untuk membeli saham baru adalah investor yang pada saat penutupan perdagangan hari bursa pada tanggal terakhir cum right masih tercatat sebagai pemegang saham perusahaan.

 

Misalnya jadwal cum right ditetapkan pada tanggal 25 Februari 2021 dan ex right pada tanggal 26 Februari 2021, maka investor yang masih memegang saham pada saat penutupan perdagangan hari bursa tanggal 25 Februari 2021 akan tercatat sebagai pemegang saham lama dan berhak untuk melakukan pembelian saham baru yang akan diterbitkan perusahaan. Apabila investor dimaksud kemudian menjual kembali sahamnya pada tanggal 26 Februari 2021, maka investor tersebut akan tetap tercatat sebagai pemega saham lama yang berhak atas saham baru yang akan diterbitkan perusahaan. Sedangkan investor yang melakukan pembelian saham pada perdagangan hari bursa pada saat ex right tanggal 26 Februari 2021, tidak akan tercatat sebagai pemegang saham lama dan tidak berhak untuk melakukan pembelian saham baru yang diterbitkan perusahaan.

 

Pemegang saham lama menukar hak (right) dengan saham baru dengan cara melakukan pembayaran senilai harga right, yang dalam pelaksanaanya dilakukan sesuai periode pendaftaran, pembayaran dan pelaksanaan right yang tertera dalam jadwal right issue.

 

PT. ABCD yang bergerak dibidang industri makanan dengan jumlah saham beredar sebanyak 1.000.000 lembar melakukan right issue (HMETD) dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

Cum date (cum right)                : 25 Februari 2021

Ex date (ex right)                     : 26 Februari 2021

Rasio right issue                       : 5 : 2 (lama : baru)

Harga pelaksanaan (exercise)     : Rp800.

 

Dalam contoh di atas maka saham baru yang akan diterbitkan perusahaan adalah sebanyak 400.000 lembar sehingga akan ada tambahan modal baru yang diterima perusahaan sejumah (Rp800 x 400.000 lembar) = Rp320.000.000. Dalam hal misalnya investor A memegang 100.000 lembar saham PT. ABCD, maka akan mendapatkan 40.000 HMETD dimana 1 HMETD berhak menebus 1 lembar saham baru PT. ABCD dengan harga Rp800. Untuk dapat menebus 40.000 lembar saham baru PT. ABCD tersebut, investor A mesti mengeluarkan biaya pembelian right sejumlah (40.000 lembar x Rp800) = Rp32.000.000.

 

Right issue akan mempengaruhi harga saham di bursa. Harga teoritis saham ABCD setelah right issue biasanya akan lebih rendah dari harga sebelumnya. Misalnya harga saham ABCD pada penutupan hari bursa di tanggal cum date (cum right) tanggal 25 Februari 2021 misalnya Rp1.000 (harga saham lama), maka harga teoritis saham ABCD setelah right issue yaitu :

 

HARGA TEORITIS    = (harga lama x rasio lama) + (harga exercise x rasio baru)

                           (rasio lama + rasio baru)

= (Rp1.000 x 5) + (Rp800 x 2)

(5+2)

= Rp942,86 (dibulatkan ke bawah menjadi Rp940)

 

Harga teoritis saham ABCD setelah right issue (pada saat ex date) sebesar Rp940 per lembar, lebih rendah dari harga sebelumnya pada saat cum date sebesar Rp1.000 per lembar.

 

Right issue akan menambah jumlah saham beredar. Dalam contoh di atas, saham beredar ABCD akan menjadi 1.400.000 lembar dari sebelumnya 1.000.000 lembar. Dampaknya adalah apabila investor A di atas  tidak mengambil right, kepemilikan saham investor A tersebut akan turun (terdilusi) dari sebelumnya 100.000 lembar dari 1.000.000 lembar (10%) menjadi hanya 100.000 lembar dari 1.400.000 lembar (7,14%). Namun bagi pemilik saham lama yang tidak mengambil haknya tersebut, dia dapat menjual haknya tersebut kepada investor lain pada masa periode perdagangan right. Right yang diperdagangkan sebelum tanggal pelaksanaan exercise di bursa menggunakan kode ABCD-R.

 

Right issue juga akan berdampak pada nilai earning per share (EPS) perusahaan yang akan tergerus dibanding dengan periode yang sama sebelum dilakukannya right issue, dan akan lebih menurun lagi terutama jika kinerja perusahaan di periode ke depan tidak sebaik periode sebelumnya. Oleh karena itu penting untuk dicermati tujuan penggunaan dana yang diperoleh dari hasil rights issue. Right issue yang yang baik adalah modal baru yang diperoleh diperuntukkan bagi upaya mendorong pertumbuhan, untuk ekspansi, dana belanja modal, atau bahkan mendorong pertumbuhan organik seperti akuisisi.

 

Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.

1 Response to "Right Issue Saham"