Tuesday, May 1, 2018

Arus Kas (Cash Flow)


ARUS KAS (CASH FLOW)

Dalam transaksi keuangan sebuah unit bisnis, yaitu pembelian, penjualan, pembayaran macam-macam biaya, maka idealnya dilakukan secara tunai (cash), sehingga arus kas (cash flow) akan sama persis dengan nilai keuntungan atau kerugian yang didapat oleh sebuah bisnis. Namun dalam sebuah bisnis yang kompleks dan berskala besar hal tersebut kadang sulit terwujud sepenuhnya, sehingga tak terhindarkan lagi adanya hutang dan piutang.

Bahwa dalam proses penyusunan laporan keuangan suatu unit bisnis, profit adalah salah satu unsur penting yang sering diperhatikan, yang didapat dari perhitungan hasil penjualan barang/jasa dikurangi harga pokok penjualan, biaya produksi, biaya operasional, dan biaya-biaya lainnya.

Dalam realitanya, profit ini didapat tidak hanya berasal dari penjualan secara tunai saja, tetapi tidak jarang didapat juga dari penjualan secara kredit. Hal ini yang membuat kita kadang terkecoh dalam membaca suatu laporan keuangan. Bahwa suatu unit bisnis membukukan angka profit yang tinggi, namun saldo kas perusahaan malah rendah atau bahkan negatif, sehingga pemilik unit bisnis tidak dapat menikmati hasil keuntungannya saat itu juga.

Cash flow adalah aliran kas masuk dan kas keluar. Apabila kas masuk lebih besar dari kas keluar, maka terjadi cash flow positif/surplus, dan sebaliknya jika kas masuk lebih kecil dari kas keluar, maka terjadi cash flow negatif/defisit.

Gambar : google image
Kas masuk berasal dari penerimaan penjualan tunai, penerimaan pelunasan piutang, dan penerimaan pinjaman. Kas keluar terdiri dari pengeluaran biaya kegiatan unit bisnis antara lain pembayaran kepada supplier, pembayaran pajak, pembayaran angsuran pengembalian pinjaman, pengeluaran biaya operasi, dan biaya-biaya lainya.

Tidak jarang terjadi suatu unit bisnis membukuan angka profit yang tinggi namun ternyata didapat lebih banyak dalam bentuk piutang (apalagi piutang yang macet) sehingga mengakibatkan saldo kas rendah atau bahkan minus, maka hal ini akan mengakibatkan cash flow perusahaan tergganggu dan menjadi masalah, karena tetap dibutuhkan dana tunai/cash untuk menjalankan kegiatan operasional suatu bisnis.

Begitu juga sebaliknya, bisa terjadi suatu unit bisnis mempunyai cash flow positif, namun kas tersebut bukan berasal dari operasional usaha melainkan misalnya saja berasal dari penyertaan tambahan modal baru, maka hal ini pun tetap menjadi masalah, karena pada dasarnya unit bisnis tersebut mengalami kerugian sebab tidak berasal dari pemasukan pendapatan operasional usaha, sedangkan biaya operasional dan non operasional tetap. Jika hal tersebut di atas sering terjadi, tentunya akan sangat berbahaya bagi perkembangan dan kelangsungan suatu unit bisnis.
  
Dengan demikian, antara profit dengan cash flow, manakah yang lebih penting? Begini, meski profit rendah atau bahkan kegiatan usaha suatu unit bisnis sedang merugi, namun jika tersedia cukup cash, maka bisnis masih bisa jalan dan kemudian tinggal merencanakan strategi baru untuk meningkatkan profit pada pereode berikutnya. Di sisi lain, jika suatu unit bisnis membukukan angka profit yang tinggi, tetapi tidak ada dana cash, maka cash flow unit bisnis pasti terganggu, bahkan bisa mengakibatkan saat itu juga kegiatan usaha unit bisnis terhenti.

Namun demikian, sebaiknya profit dan cash flow digunakan sebagai bahan anaisis secara bersamaan, karena pada dasarnya keduanya merupakan suatu kesatuan sistem dalam menentukan kuat dan berkembangnya suatu bisnis.

Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.

2 Comments

  1. Artikelnya sederhana dan mudah dipahami... Cocok untuk dibaca bagi para pemula seperti saya hehe. Sukses terus mas andirerei..

    ReplyDelete