Saturday, February 23, 2019

Hampir Terlupakan

HAMPIR TERLUPAKAN

Dalam hidupnya, manusia membutuhkan ketersediaan bahan kebutuhan primer yang terdiri dari kebutuhan akan pangan (makanan), sandang (pakaian) dan papan (rumah). Manusia tanpa sandang dan tanpa papan masih bisa hidup apabila tersedia cukup pangan. Namun tanpa pangan, manusia hampir pasti tidak bisa hidup, meskipun kebutuhan akan sandang dan papan terpenuhi.
Petani adalah pelaku penyedia pangan, namun kehidupannya masih terkesan marginal. Dalam kedudukan sosial pun petani sering tidak mendapat tempat yang selayaknya, bahkan kadang dipandang rendah. Petani hampir selalu identik dengan topi caping dan cangkul di tubuhnya.  Bahkan generasi muda saat ini nyaris tidak ada yang bercita-cita menjadi seorang petani.
Gambar : andirerei.com
Bekerja keras membanting tulang siang dan malam di tengah terik matahari dan guyuran air hujan, itulah petani. Buah dari kerja kerasnya bahkan kita hanya tahu bahwa padi sudah berubah menjadi beras dan kemudian nasi yang selanjutnya kita konsumsi setiap hari tanpa pernah terpikir oleh kita bagaimana jerih payah para petani bekerja untuk umat manusia.
Bagaimana mereka menyiapkan lahan, menyemai benih, menanam bibit, merawat dan memeliharanya, memanennya, mengolahnya lalu menjualnya pada harga yang kadang untungnya hanya sedikit. Siklus tersebut mereka jalani dengan penuh “tanggung jawab” kurang lebih selama 4 (emat) bulan sampai tiba masa panen. Bahkan mereka tidak kapok saat tanaman itu diserang hama dan penyakit, juga fuso, sehingga mengakibatkan gagal panen. Petani tetap menanamnya kembali dan terus menanamnya kembali.
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.” (HR. Imam Muslim, Hadits Nomor 1552 (10).
“Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Muslim Hadits Nomor 1552).
Gambar : andirerei.com
Dan itulah kabar gembira bagi petani yang diucapkan langsung oleh Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam.  Bahwa kedua hadits tersebut menegaskan 2 (dua) manfaat kebaikan yang diperoleh petani :
Pertama : manfaat yang bersifat dunia (dunyawiyah) dari bertani adalah menghasilkan produksi (menyediakan bahan makanan) yang bisa bermanfaat bagi petani itu sendiri juga bermanfaat bagi masyarakat dan negerinya. Setiap orang mengkonsumsi hasil-hasil pertanian baik sayuran dan buah-buahan, biji-bijian maupun palawija yang kesemuanya merupakan kebutuhan hidup manusia sehingga hasil tani menjadi manfaat untuk umat manusia dan dengan itu tumbuh banyak kebaikan-kebaikannya.
Kedua: manfaat yang bersifat agama (diniyyah) yaitu berupa pahala atau ganjaran. Hasil tanaman petani dikonsumsi oleh manusia, dimakan binatang (burung atau binatang lainnya) meskipun hanya satu biji, sesungguhnya itu adalah sedekah bagi petani, baik dikehendaki ataupun tidak, bahkan meski petani itu ketika menanamnya tidak memperdulikan perkara tentang apa yang dimakan dari tanamannya merupakan sedekah, maka itu tetap merupakan sedekah baginya. Pada saat tanamannya itu (misalnya) dicuri, dirampas atau dirusak sekali pun, tetaplah dia bernilai sedekah bagi petani. Wallahualam bissawab.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.

0 komentar