Saturday, January 19, 2019

Kinerja Sektor Industri di Bursa Efek Indonesia

KINERJA SEKTOR INDUSTRI DI BURSA EFEK INDONESIA

Bahwa pada periode selama 12 (dua belas) tahun terakhir, indeks harga saham gabungan (JKSE) naik dari Rp1.805,52 di awal tahun 2007 menjadi Rp6.693,47 di tahun 2018. Harga JKSE sebesar itu dicapai pada bulan Februari 2018 sekaligus merupakan harga tertinggi yang pernah dicapai JKSE sepanjang masa (all time high). Kenaikan harga JKSE sebesar (Rp6.693,47 - Rp1.802,52) = Rp4.887,95 tersebut setara dengan kenaikan sebesar 270,72% atau jika dirata-ratakan sebesar 22,56% per tahun.
Gambar : google image
Kenaikan JKSE ditopang dengan pertumbuhan 9 (sembilan) sektor industri di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan besaran prosentase kenaikan bervariasi. Kenaikan paling tinggi dicapai oleh sektor konsumsi (JKCONS) mencapai 672,25% atau setara dengan rata-rata kenaikan sebesar 56,02% per tahun. Sedangkan sektor infrastruktur (JKINFA) menjadi sektor industri yang tingkat kenaikannya paling rendah yaitu “hanya” sebesar 62,63% atau setara dengan rata-rata kenaikan sebesar 5,22% per tahun. Data pertumbuhan (kenaikan) JKSE dan 9 (sembilan) sektor industri penopang JKSE sebagaimana data pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1 : Data pertumbuhan JKSE dan sektor industri di BEI periode tahun 2007 s.d. 2018.
Secara berurutan pertumbuhan sektor industri di BEI dipimpin oleh sektor konsumsi (JKCONS) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 56,02% per tahun, kemudian diikuti sektor keuangan (JKFINA) sebesar 41,03% per tahun, sektor industri dasar dan kimia (JKBIND) 40,41% per tahun, sektor aneka industri (JKMISC) 37,59% per tahun, sektor properti dan konstruksi (JKPROP) 32,27% per tahun, sektor pertambangan (JKMING) 24,32% per tahun, sektor perdagangan (JKTRADE) 22,16% per tahun, sektor pertanian (JKAGRI) sebesar 16,49% per tahun dan terakhir sektor infrastruktur (JKINFA) sebesar 5,22% per tahun.
Namun grafik kenaikan harga tersebut ternyata tidak bertahan lama karena kemudian pada penutupan hari bursa terakhir di akhir tahun 2018 JKSE turun kembali ke posisi harga Rp6.194,50 seiring dengan turunnya harga 9 (sembilan) sektor industri yang menjadi penopang JKSE. Harga JKSE dan harga sektor industri pada penutupan hari bursa terakhir di akhir tahun 2018 sebagaimana data pada Tabel 2 di bawah ini : 
Tabel 2. Data harga JKSE dan harga sektor industri di BEI pada penutupan hari bursa terakhir di akhir tahun 2018.
Berdasarkan data pada Tabel 2 di atas, pertumbuhan JKSE selama 12 (dua belas) tahun terakhir yaitu periode awal tahun 2007 sampai dengan akhir tahun 2018 naik sebesar Rp4.388,98 dari semula Rp1.805,52 menjadi Rp6.194,50. Kenaikan tersebut setara dengan 243,09% atau jika dirata-ratakan setara dengan 20,26% per tahun.
Sedangkan urutan pertumbuhan sektor industri masih tetap dipimpin oleh sektor konsumsi (JKCONS) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 46,22% per tahun, kemudian diikuti sektor industri dasar dan kimia (JKBIND) sebesar 40,09% per tahun menggeser posisi sektor keuangan (JKFINA) dari posisi kedua ke posisi ketiga yang tumbuh hanya sebesar 39,09% per tahun.
Urutan selanjutnya adalah sektor aneka industri (JKMISC) dengan pertumbuhan 32,57% per tahun, sektor properti dan konstruksi (JKPROP) 22,02% per tahun, sektor perdagangan (JKTRADE) 15,41% per tahun, sektor pertambangan (JKMING) 7,53% per tahun, sektor infrastruktur (JKINFA) 3,16% per tahun dan terakhir sektor pertanian (JKAGRI) 2,37% per tahun.
Sesuai data di atas bahwa rata-rata pertumbuhan JKCONS, JKBIND, JKFINA, JKMISC, JKPROP lebih tinggi daripada pertumbuhan JKSE. Sedangkan rata-rata pertumbuhan JKAGRI, JKMING, INFA, JKTRADE, lebih rendah dibandingkan angka rata-rata pertumbuhan JKSE. Khusus JKAGRI dan JKINFA angka pertumbuhannya malah lebih rendah dari angka rata-rata inflasi tahunan di Indonesia.
Namun masa iya kedua sektor industri tersebut (JKAGRI dan JKINFA) hanya tumbuh rendah selama itu? Ceritanya menjadi lain jika anda melihat data pergerakan (volatilitas) harga tahunan JKSE dan harga 9 (sembilan) sektor industri di BEI selama 12 (dua belas) tahun terakhir sebagaimana data pada Tabel 3 sampai dengan Tabel 12 di bawah ini :
Tabel 3. Data pergerakan harga JKSE periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
Data pada Tabel 3 di atas menunjukan bahwa JKSE mengalami tekanan pada tahun 2008 sebagai dampak dari krisis ekonomi global yang berawal dari krisis perekonomian di Amerika Serikat dan efeknya menjalar ke negara-negara lainnya di Amerika, Eropa dan Asia. Akibat dari krisis tersebut harga JKSE turun (- 50,53%) dari tahun sebelumnya (tahun 2007).
Namun kemudian selepas krisis tersebut JKSE bisa bangkit selama 4 (empat) tahun berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 dengan kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 86,98%. Dalam periode 5 tahun terakhir (tahun 2013 – tahun 2018), JKSE naik dan turun dengan kenaikan di tahun 2014, tahun 2016 dan tahun 2018 serta penurunan pada tahun 2013, tahun 2015 dan tahun 2018.
Tabel 4. Data pergerakan harga JKAGRI periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
Pada Tabel 4 di atas tampak bahwa kenaikan harga rata-rata saham di sektor pertanian (JKAGRI) terjadi pada tahun 2007 mencapai 124,95%, namun kemudian turun tajam pada tahun 2008 sebesar (- 66,48%) yang merupakan penurunan terendah hingga saat ini (tahun 2018). Meski kemudian kembali mengalami kenaikan, namun kenaikan hingga akhir tahun 2018 belum bisa melewati angka kenaikan pada tahun 2007.
Tabel 5. Data pergerakan harga JKMING periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
Data pada Tabel 5 di atas, menunjukan bahwa sektor pertambangan (JKMING) mengalami kenaikan signifikan pada tahun 2007 mencapai 251,54%, tahun 2009 sebesar 151,06% dan tahun 2016 sebesar 70,73%. Namun penurunan tajam dengan akumulasi penurunan lebih dari 100% terjadi selama 4 (empat) tahun berturut-turut dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
Tabel 6. Data pergerakan harga JKBIND periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
Data pada Tabel 6, sektor industri dasar dan kimia (JKBIND) mengalami penurunan hanya pada tahun 2008, tahun 2013 dan tahun 2015 dengan penurunan terdalam pada tahun 2008 sebesar (- 42,60%). Namun selain tahun-tahun tersebut, JKBIND selalu mengalami kenaikan dengan kenaikan tertinggi diraih pada tahun 2009 mencapai 102,93%.
Tabel 7. Data pergerakan harga JKMISC periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
Data Tabel 7, sektor aneka industri (JKMISC) mengalami penurunan terdalam pada tahun 2008 sebesar (- 54,18%), namun kenaikan tertinggi terjadi 1 (satu) tahun setelahnya yakni pada tahun 2009 mencapai 179,83%. Dalam kurun waktu 12 (dua belas) tahun terakhir, JKBIND hanya turun pada tahun 2008, tahun 2013 dan tahun 2015, sedangkan pada tahun-tahun lainnya JKBIND terus mengalami kenaikan.
Tabel 8. Data pergerakan harga JKCONS periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
Pada saat terjadi krisis ekonomi tahun 2008, semua sektor industri terkena dampaknya, tak terkecuali sektor konsumsi (JKCONS). Namun di tengah-tengah penurunan hebat yang terjadi pada sektor lainnya, penurunan harga JKCONS sebagaimana data pada Tabel 8 di atas hanya sebesar (- 24,96%) saja, jauh lebih kecil daripada penurunan di sektor-sektor lainnya. Bahkan penurunannya masih di bawah penurunan JKSE yang mencapai (- 50,53%).
Setahun setelah terjadi krisis, tepatnya pada tahun 2009, JKCONS tumbuh signifikan sebesar 105,39%, dan tahun-tahun setelahnya pertumbuhan JKCONS terus meningkat. Memang benar terjadi penurunan kembali pada tahun 2015 dan tahun 2018, namun penurunan tersebut tidak signifikan jika dibandingkan dengan kenaika yang telah diraih pada tahun-tahun sebelumnya.
Bahwa JKCONS relatif lebih tahan banting di banding sektor lainnya, dan pertumbuhan JKCONS ini relatif stabil dengan kecenderungan terus meningkat. Maka dari itu JKCONS bisa dipertimbangkan sebagai salah satu sarana untuk berinvestasi jangka panjang.
Tabel 9. Data pergerakan harga JKPROP periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
Sektor properti dan konstruksi (JKPROP) sesuai data pada Tabel 9 di atas mengalami penurunan terdalam pada tahun 2008 seesar (-58,73%), namun demikian pada tahun-tahun berikutnya JKPROP bisa kembali bangkit, dan kenaikan tertinggi terjadi pada masa kampanye pemilihan presiden tahun 2014 mencapai 55,76%. Pada saat kampanye pemilihan presiden tersebut, saham konstruksi memang menjadi primadona seiring dengan kampanye pembangunan infrastruktur jalan, bendungan, bandara, dan lain-lain yang merupakan pekerjaan di bidang usaha emiten-emiten konstruksi.
Tabel 10. Data pergerakan harga JKINFA periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
Berbeda dengan saham-saham emiten konstruksi, meski kampanye pembangunan infrastruktur pada saat pemilihan presiden tahun 2014 merupakan salah satu trending topic, namun pergerakan harga saham-saham di sektor infrastruktur (JKINFA) sebagaimana data pada Tabel 10 di atas tidak begitu signifikan. Kenaikannya hanya sebesar 24,71%, masih kalah dengan kenaikan pada saat tahun 2009 sebesar 48,57%. Saham PGAS, TLKM, JSMR,TBIG, GIAA, ISAT, EXCL, berada dalam sektor JKINFA ini.
Tabel 11. Data pergerakan harga JKFINA periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
Berdasarkan data pada Tabel 11 di atas, bahwa meski tahun 2008 adalah krisis akibat runtuhnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat dan Eropa, tapi pengaruhnya tidak terlalu signifikan terhadap lembaga-lembaga keuangan (perbankan) di Indonesia. Data menunjukan bahwa penurunan harga saham-saham di JKFINA hanya sebesar (-32,67%), dan bahkan setahun kemudian (tahun 2009) malah rebound dengan kenaikan sebesar 70,94%. JKINFA ini dihuni oleh bank-bank besar di Indonesia diantaranya BBRI, BMRI, BBNI, BBCA. 
Tabel 12. Data pergerakan harga JKTRADE periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
Seperti sektor industri lainnya, sektor perdagangan (JKTRAD) sebagaimana data pada Tabel 12 di atas turun tajam di tahun 2008 mencapai (- 61,78%), namun dua tahun kemudian yakni tahun 2009 dan tahun 2010 JKTRADE naik signifikan masing-masing sebesar 85,91% dan 71,92%. Saham AKRA, ACES, ERAA, HERO merupakan sebagian dari penghuni JKTRADE.  
Berdasarkan hal tersebut di atas bahwa pergerakan (volatilitas) harga saham emiten masing-masing sektor industri selama 12 (dua belas) tahun terakhr (tahun 2007 – tahun 2018) sangat beragam. Oleh karena itu dalam berinvestasi, selain butuh waktu yang panjang, anda mesti menghitung ulang valuasi saham secara periodik (misalnya setiap semester), terutama saat harga saham telah naik secara signifikan.
Dalam konteks pergerakan (volatilitas) harga dimaksud di atas, maka meskipun investasi kita baru berjalan selama 1 - 2 tahun di suatu saham, namun jika harga pasar saham tersebut telah naik jauh lebih tinggi daripada nilai riil-nya (nilai bukunya) atau telah jauh melebihi harga wajarnya (overvalued), saat itu pertimbangkanlah untuk segera menjualnya.
Bahwa pergerakan harga JKSE berkorelasi dengan pergerakan harga saham emiten-emiten yang menjadi penghuni 9 (sembilan) sektor industri yang menjadi penopang JKSE itu sendiri. Korelasi pergerakan harga keduanya sebagaimana tergambar pada Tabel 13 di bawah ini :
Tabel 13. Korelasi pergerakan harga sektor industri dengan JKSE periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
Pada Tabel 13 di atas tampak bahwa saat JKSE naik (increase) di tahun 2007, tahun 2009, tahun 2010, dan tahun 2016, seluruh sektor industri ikut naik juga dan pada saat JKSE turun (decline) tahun 2008 dan tahun 2015, seluruh sektor industri ikut turun juga (inline). Namun di tahun-tahun lainnya terjadi beberapa anomali baik itu anomali positif maupun anomali negatif, sebagai beikut :
a.  Pada tahun 2011 JKSE naik namun JKAGRI, JKMING dan JKFINA malah mengalami penurunan (anomali negatif).
b.  Pada tahun 2012 JKSE mengalami kenaikan namun JKAGRI dan JKMING mengalami penurunan (anomali negatif).
c.   Pada tahun 2013 JKSE turun namun JKAGRI, JKCONS, JKPROP, JKINFA dan JKTRAD naik (anomali positif).
d.  Pada tahun 2014 JKSE mengalami kenaikan namun JKMING malah mengalami penurunan (anomali negatif).
e.  Pada tahun 2017 JKSE mengalami kenaikan namun JKAGRI dan JKPROP malah turun (anomali negatif).
f.  Pada tahun 2018 JKSE turun namun JKMING, JKBIND, JKMISC dan JKFINA malah naik (anomali positif).
Sektor industri yang pergerakan harganya inline dan selalu beranomali positif dengan JKSE adalah JKBIND, JKMISC, JKCONS, JKINFA dan JKTRAD. Artinya pada saat JKSE mengalami kenaikan atau penurunan, kelima sektor industri tersebut mengalami kenaikan atau penurunan juga, namun terjadi juga pada saat JKSE turun, kelima sektor industri tersebut tetap mengalami kenaikan.
Sektor industri yang pergerakan harganya inline dan kadang-kadang beranomali positif maupun beranomali negatif dengan JKSE adalah JKAGRI, JKMING, JKPROP dan JKFINA. Artinya pada saat JKSE mengalami kenaikan atau penurunan, keempat sektor industri tersebut mengalami kenaikan atau penurunan juga, namun terjadi juga pada saat JKSE naik, keempat sektor industri tersebut malah turun, atau sebaliknya pada saat JKSE turun, keempat sektor industri tersebut malah naik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas mudah-mudahan bisa didapatkan sektor industri pilihan yang menurut anda prospektif dan tepat untuk dijadikan sarana berinvestasi, dan kemudian jika sudah yakin dengan sektor industri pilihan anda, selanjutnya carilah saham emiten yang jadi pemimpin di sektor industri pilihan anda tersebut.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.

0 komentar