Wednesday, January 16, 2019

Pometia Pinnata

POMETIA PINNATA

Pometia pinnata adalah nama botani (latin) dari tanaman buah Matoa, termasuk ke dalam family sapindaceae, satu keluarga dengan Rambutan, Leci dan Lengkeng. Namun berbeda dengan Rambutan yang rasanya masam campur manis, rasa buah Matoa sama sekali tidak ada masamnya, rasanya hanya manis, sebagaimana rasa buah Lengkeng atau Leci. Namun meski rasanya hanya manis seperti Lengkeng, tekstur buah Matoa ini terasa lebih empuk, sedangkan Lengkeng terasa kenyal.


Gambar : google image
Dalam perjalanan rutin penulis ke pulau Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, pohon buah Matoa dapat dengan mudah ditemukan di wilayah tersebut. Baik di hutan maupun di kebun masyarakat bahkan di pekarangan rumah warga. Namun entah kenapa, buah Matoa yang sangat terkenal di masyarakat (khususnya masyarakat di pulau Jawa) hanya buah Matoa yang berasal dari Papua, dikenal dengan sebutan Lengkeng Papua.

Buah Matoa dari Papua yang terkenal yaitu Matoa Kelapa dan Matoa Papeda. Sesuai namanya Matoa Kelapa berukuran cukup besar dengan diameter buah 3,0 - 3,5 cm, sedangkan Matoa Papeda sekitar 2,5 – 3,0 cm. Daging buah Matoa Kelapa lebih kenyal, tebal dan kering dibandingkan dengan Matoa Papeda yang lembek dan tipis. Buah Matoa Kelapa lebih difavoritkan konsumen, meskipun harganya lebih mahal daripada harga Matoa Papeda.

Gambar : google image
Jika anda berkunjung ke kota Jayapura - Papua pada bulan Desember – Januari, anda dapat dengan mudah menemukan buah Matoa Kelapa maupun Matoa Papeda dijual di pasar-pasar tradisional maupun dijajakan di pinggir jalan raya oleh warga setempat. Harga yang ditawarkan bervariasi antara Rp75.000,00 – Rp90.000,00 per kg.
Menurut warga setempat, pohon Matoa yang telah mencapai tinggi sekitar 10-12 meter dan diameter 30-40 cm, dapat berbuah hingga sebanyak 80-100 kg per pohon. Bahkan menurut beberapa kalangan, pohon Matoa dengan tinggi 18-20 meter dengan diameter pohon sekitar 100 cm dapat menghasilkan buah Matoa sekitar 200 kg per pohon.
Sejatinya Matoa adalah anggota vegetasi hutan belantara yang dimanfaatkan kayunya sebagai bahan baku industri plywood dan wood working. Namun kini Matoa sudah dibudidayakan sebagai penghasil tanaman buah di berbagai wilayah di tanah air. Maka tidak heran bila kemudian Matoa ditetapkan sebagai buah unggul nasional oleh Menteri Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 160/Kpts/SR.120/3/2006 tentang Pelepasan Matoa Papua Sebagai Varietas Unggul.

Gambar : google image
Dalam kesempatan perjalanan ke Jayapura - Papua pada akhir tahun 2017, penulis membeli Matoa Kelapa sekitar 3 kg sebagai buah tangan (oleh-oleh) untuk keluarga di rumah saat penulis hendak pulang kembali ke Bogor (kota kediaman penulis saat ini). Setelah dikonsumsi bersama-sama, biji-biji Matoa tersebut kemudian penulis semaikan dalam polybag sekitar 100 polybag.
Ternyata tidak sulit dan tidak rumit, biji-biji Matoa yang disemaikan dapat tumbuh dengan baik dan subur. Oleh karena itu 4 bulan kemudian, bibit Matoa yang telah mencapai tinggi sekitar 30 cm, penulis bagikan kepada tetangga rumah dan kerabat di Bogor dan di Bandung. Penulis sendiri menanam beberapa batang bibit Matoa hasil semaian sendiri tersebut di Bogor.

Gambar ; andirerei.com
Bibit Matoa hasil semaian penulis yang ditanam sekitar bulan April 2018 di Bogor kini telah tumbuh subur dengan daun hijau lebat dan telah mencapai tinggi sekitar 70 cm. Dari bibit yang ditanam ini, panen buah Matoa diharapkan sekitar 4-5 tahun kemudian.
Buah Matoa sebenarnya sudah sejak lama dibudidayakan di beberapa wilayah di Pulau Jawa. Mengutip majalah “Trubus” dalam situsnya http://www.trubus-online.co.id/panen-matoa-di-kaki-muria, bahwa Kabupaten Pati – Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi buah Matoa di pulau Jawa.
Menurut “Trubus”, populasi pohon Matoa di kabupaten yang terletak di kaki Gunung Muria tersebut telah mencapai ribuan pohon, bahkan sekitar 4.500 pohon telah berumur 10 – 20 tahun. Dari satu pohon matoa berumur di atas 10 tahun, bisa dipanen sekiar 300 kg buah. Hasil panen Matoa tersebut kemudian dijual kepada beberapa pemasok buah dan pasar swalayan di Kudus, Pati, Semarang, bahkan Padang- Sumatera Barat, dan Jakarta.
Hingga kini konsumen buah Matoa masih terbatas di kalangan tertentu, terutama kalangan menengah ke atas, dijajakannya pun di gerai-gerai super market terkenal, maka tidak heran jika buah Matoa dihargai tinggi, sekitar Rp50.000,00 – Rp65.000,00 per kg. Matoa berkulit merah paling disukai pemasok buah dan pasar swalayan karena warnanya mencolok sehingga menarik konsumen.
Anda punya lahan nganggur? Lahan kosong? Daripada dibiarkan tidak produktif, tidak ada salahnya jika dicoba ditanami Matoa. Pada saat setelah memasuki masa berbuah, setidaknya anda dapat mencicipi dan memanennya dengan langsung memetiknya sendiri. Untuk skala komersial (dikebunkan), jarak tanam yang biasa digunakan adalah 8 x 12 meter. Dengan demikian pada lahan seluas 1 hektar, dapat ditanami bibit Matoa sekitar 100 batang.
Dengan produktivitas buah (pohon dewasa) mencapai (misalnya) 50-100 kg per pohon saja, maka berapa banyak panen buah Matoa dari kebun anda? Berapa Rupiah yang bakal anda dapatkan dari penjualan buah Matoa dari kebun anda?  
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.

0 komentar