SAHAM ADALAH
Pada awal tahun 2017, Pak Hartawan bersama-sama
dengan Pak Budiman, Pak Tulus dan Pak Sabar mendirikan sebuah Perseroan Terbatas
yang bergerak dibidang usaha jasa pariwisata. Perseroan yang didirikan bernama PT.
Alam Nusa Segar (PT. ANS) yang berlokasi di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung
Provinsi Jawa Barat. PT. ANS tercatat dalam akta notaris dengan modal dasar Rp10.000.000.000
yang terbagi ke dalam 10.000 lembar saham dasar (saham portafel) dengan nilai
per lembar saham sebesar Rp1.000.000.
Ketentuan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas (PT) mengatur bahwa
modal ditempatkan dan disetor penuh dalam pendirian sebuah perseroan terbatas minimal
25% dari modal dasar, maka modal minimal yang wajib ditempatkan dan disetor
penuh oleh para pendiri pada saat mendirikan PT. ANS adalah sebesar (25% x Rp10.000.000.000)
= Rp2.500.000.000.
Para pendiri PT. ANS bersepakat bahwa modal awal yang ditempatkan dan
disetor penuh melebihi batas minimal 25%. Mereka menyetor sebesar 50% dari
modal dasar PT. ANS yaitu (50% x Rp10.000.000.000) = Rp5.000.000.000. Berdasarkan
kesepakatan tersebut, kemudian mereka berempat menyetorkan dana ke rekening PT.
ANS dengan besaran setoran bervariasi.
Pak Hartawan menyetor Rp2.000.000.000 sehingga berhak atas 2.000 lembar
saham, Pak Budiman, Pak Tulus dan Pak Sabar masing-masing menyetor Rp1.000.000.000
sehingga masing-masing berhak atas 1.000 lembar saham. Dengan setoran tersebut maka
komposisi kepemilikan saham PT. ANS adalah Pak Hartawan (2.000/5.000 x 100%) =
40%, Pak Budiman 20%, Pak Tulus 20% dan Pak Sabar 20%. Setelah dilakukan
penyetoran modal awal, selanjutnya PT. ANS didaftarkan dan disahkan di
Kementerian Hukum dan HAM dan diakui sebagai badan hukum Perseroan Terbatas.
![]() |
Gambar : google image |
Oleh karena jumlah saham yang telah beredar sebanyak 5.000 lembar, maka jumlah
saham dasar (saham portafel perseroan/saham yang belum beredar) tersisa
sebanyak (10.000 - 5.000) = 5.000 lembar. Saham dasar perseroan ini dapat
diterbitkan sewaktu-waktu pada saat aksi korporasi tertentu yang dilakukan oleh
PT. ANS di waktu yang akan datang.
Dengan modal awal Rp5.000.000.000 selanjutnya PT. ANS menggunakan dana
tersebut untuk belanja modal berupa bangunan kantor, cottage, tenda, gudang, peralatan
kantor, dan lain-lain, hingga kemudian beroperasi dan menjual produknya berupa jasa
pariwisata.
Dalam Laporan Keuangan (LK) akhir tahun buku 2017, dari penjualan produk
jasa pariwisata PT. ANS memperoleh pendapatan usaha Rp5.000.000.000, kemudian setelah
dikurangi pembayaran gaji direksi dan karyawan, biaya operasional usaha, dan biaya
lain-lain yang jumlahnya mencapai Rp2.000.000.000, maka laba usaha (laba kotor)
yang diperoleh PT. ANS sebesar (Rp5.000.000.000 – Rp2.000.000.000) = Rp3.000.000.000.
Perolehan laba usaha tersebut kemudian dipotong pajak Rp500.000.000, sehingga
laba bersih yang diperoleh PT. ANS pada tahun buku 2017 sebesar (Rp3.000.000.000
– Rp500.000.000) = Rp2.500.000.000. Laba bersih sebanyak Rp2.500.000.000 inilah
yang menjadi HAK PENUH para pemegang saham.
Besarnya keuntungan yang diperoleh dari setiap lembar saham (earning per
share) atau EPS dihitung dengan cara laba bersih dibagi dengan jumlah saham
beredar yaitu (Rp2.500.000.000/5.000 lembar) = Rp500.000 per lembar saham.
Artinya setiap Rp1.000.000 modal yang diinvestasikan mendapatkan keuntungan
sebesar Rp500.000.
Keuntungan sebesar Rp500.000 per lembar saham ini bisa dibagikan sebagian
atau seluruhnya dalam bentuk uang tunai sebagai dividen, atau bisa juga belum
dibagikan sebagai dividen, melainkan ditahan dulu untuk digunakan sebagai tambahan
modal kerja PT. ANS di tahun berikutnya.
Dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) akhir tahun buku 2017 disepakati
bahwa laba bersih sejumlah Rp2.500.000.000 tadi tidak akan dibagikan sebagai
dividen, melainkan ditahan dulu untuk digunakan sebagai tambahan modal kerja PT.
ANS di tahun 2018. Dengan demikian maka modal (ekuitas) PT. ANS meningkat dari
semula sebesar Rp5.000.000.000 menjadi Rp7.500.000.000, sehingga nilai buku (book
value) saham PT. ANS menjadi sebesar (Rp7.500.000.000/5.000 lembar saham) = Rp1.500.000
per lembar saham.
Investasi para pendiri yang awalnya hanya sebesar Rp1.000.000 per lembar
saham, nilainya telah meningkat menjadi sebesar (Rp1.000.000 + Rp500.000) =
Rp1.500.000 per lembar saham. Oleh karena itu, jika ada calon investor baru (sebut
saja namanya Pak Ikhlas) yang hendak ikut serta menanamkan modalnya di PT. ANS,
maka dana yang mesti disiapkan oleh Pak Ikhlas adalah minimal sesuai nilai buku
terbaru PT. ANS yaitu Rp1.500.000 per lembar saham.
Bagaimana cara Pak Ikhlas dapat memiliki saham PT. ANS? Pilihannya ada beberapa
cara, diantaranya yaitu pemegang saham lama (Pak Hartawan atau Pak Budiman atau
Pak Tulus atau Pak Sabar) menjual sebagian sahamnya kepada Pak Ikhlas. Cara
lainnya yaitu PT. ANS menerbitkan saham baru dari saham dasar (saham portafel) yang
masih tersisa, kemudian dijual kepada Pak Ikhlas. Dalam dunia pasar modal
penerbitan saham baru model begini biasa disebut dengan istilah private
placement.
Jika cara pertama yang digunakan maka secara keseluruhan modal (ekuitas)
PT. ANS tidak akan mengalami perubahan. Jika cara kedua yang digunakan maka ekuitas
PT. ANS akan mengalami peningkatan sesuai dengan jumlah dana yang didapatkan
dari hasil penjualan saham baru kepada Pak Ikhlas. Namun cara kedua ini
akanmengakibatkan penurunan prosentase (dilusi) kepemilikan pemegang saham lama.
Singkat cerita terjadilah private placement, Pak Ikhlas membeli saham
baru PT. ANS sebanyak 1.000 lembar dengan niai pembelian (Rp1.500.000 x 1.000
lembar) = Rp1.500.000.000. Dengan tambahan modal baru dari Pak Ikhlas sebesar
Rp1.500.000.000 maka ekuitas PT. ANS kini meningkat menjadi sebesar
Rp9.000.000.000 dengan jumlah saham beredar sebanyak 6.000 lembar.
Kini nama Pak Ikhlas telah resmi tercatat sebagai pemegang saham PT. ANS
dalam akta notaris (akta perubahan komposisi pemegang saham PT. ANS), sehingga
komposisi kepemilikan saham berubah menjadi sebagai berikut : Pak Hartawan
sebesar (2.000/6.000 lembar x 100%) = 33,33%, Pak Budiman sebesar 16,67%, Pak
Tulus sebesar 16,67%, Pak Sabar sebesar 16,67% dan Pak Ikhlas sebesar 16,67%. Besarnya
prosentase kepemilikan pemegang saham lama terdilusi (berkurang) pasca masuknya
Pak Ikhlas sebagai pemegang saham PT. ANS.
Pada akhir tahun buku 2018 (setelah komposisi pemegang saham berubah),
PT. ANS mencatatkan laba bersih Rp3.600.000.000, sehingga laba bersih per saham
(EPS) adalah sebesar (Rp3.600.000.000/6.000 lembar) = Rp600.000. Dalam RUPS akhir
tahunbuku 2018 diputuskan bhawa laba bersih tersebut seluruhnya dibagikan
sebagai dividen, maka distribusi dividen sebagai berikut :
a.
Pak Hartawan :
2.000 lembar x Rp600.000 = Rp1.200.000.000.
b.
Pak Budiman :
1.000 lembar x Rp600.000 = Rp600.000.000.
c.
Pak Tulus :
1.000 lembar x Rp600.000 = Rp600.000.000.
d.
Pak Sabar :
1.000 lembar x Rp600.000 = Rp600.000.000.
e.
Pak Ikhlas :
1.000 lembar x Rp600.000 = Rp600.000.000.
Setelah memasuki tahun kedua, imbal hasil (return) yang diperoleh Pak
Hartawan adalah meningkatnya aset dari semula Rp1.000.000 per lembar saham
menjadi Rp1.500.000 per lembar saham dan ditambah perolehan dividen tunai sebesar
Rp600.000 per lembar saham. Dengan kata lain uang Rp1.000.000 milik Pak
Hartawan tumbuh menjadi Rp2.100.000
Bagaimana jika dalam perjalanan ke depannya PT. ANS mengalami kerugian?,
tentu saja masing-masing pemegang saham menanggung rugi sebesar prosentase
kepemilikan sahamnya. Pembagian proporsi resiko kerugian yang dialami oleh para
pemegang saham mengikuti alur pembagian keuntungan sebagaimana hitungan di atas
sesuai prosentase kepemilikan saham masing-masing di PT. ANS.
Bagaimana jika membeli saham tersebut dilakukan di Bursa Efek Indonesia?
Pada prinsipnya sama saja dengan uraian di atas. Beberapa kelebihan lain jika
membeli saham di Bursa Efek Indonesia diantaranya adalah : jual beli saham bisa
dilakukan setiap saat selama jam pasar pada hari bursa, memperoleh capital gain
dari selisih lebih antara harga beli dengan harga jual, banyak pilihan
perusahaan dari berbagai sektor industri, pilihan harga saham yang bisa dibeli bervariasi
dari mulai puluhan Rupiah hingga puluhan ribu Rupiah, dan masih banyak lagi
kelebihan lainnya.
Itulah saham, jika perusahaan memperoleh keuntungan, untungnya dibagi bareng-bareng
sesuai prosentase kepemilikan sahamnya, dan jika mengalami kerugian, ruginya
juga dibagi bareng-bareng sesuai prosentase kepemilikan sahamnya, karena saham
adalah kepemilikan atas sebagian perusahaan.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.
0 komentar
EmoticonEmoticon