Friday, February 8, 2019

Saham Adalah

SAHAM ADALAH

Pada awal tahun 2017, Pak Hartawan bersama-sama dengan Pak Budiman, Pak Tulus dan Pak Sabar mendirikan sebuah Perseroan Terbatas yang bergerak dibidang usaha jasa pariwisata. Perseroan yang didirikan bernama PT. Alam Nusa Segar (PT. ANS) yang berlokasi di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. PT. ANS tercatat dalam akta notaris dengan modal dasar Rp10.000.000.000 yang terbagi ke dalam 10.000 lembar saham dasar (saham portafel) dengan nilai per lembar saham sebesar Rp1.000.000.
Ketentuan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas (PT) mengatur bahwa modal ditempatkan dan disetor penuh dalam pendirian sebuah perseroan terbatas minimal 25% dari modal dasar, maka modal minimal yang wajib ditempatkan dan disetor penuh oleh para pendiri pada saat mendirikan PT. ANS adalah sebesar (25% x Rp10.000.000.000) = Rp2.500.000.000.
Para pendiri PT. ANS bersepakat bahwa modal awal yang ditempatkan dan disetor penuh melebihi batas minimal 25%. Mereka menyetor sebesar 50% dari modal dasar PT. ANS yaitu (50% x Rp10.000.000.000) = Rp5.000.000.000. Berdasarkan kesepakatan tersebut, kemudian mereka berempat menyetorkan dana ke rekening PT. ANS dengan besaran setoran bervariasi.
Pak Hartawan menyetor Rp2.000.000.000 sehingga berhak atas 2.000 lembar saham, Pak Budiman, Pak Tulus dan Pak Sabar masing-masing menyetor Rp1.000.000.000 sehingga masing-masing berhak atas 1.000 lembar saham. Dengan setoran tersebut maka komposisi kepemilikan saham PT. ANS adalah Pak Hartawan (2.000/5.000 x 100%) = 40%, Pak Budiman 20%, Pak Tulus 20% dan Pak Sabar 20%. Setelah dilakukan penyetoran modal awal, selanjutnya PT. ANS didaftarkan dan disahkan di Kementerian Hukum dan HAM dan diakui sebagai badan hukum Perseroan Terbatas.
Gambar : google image
Oleh karena jumlah saham yang telah beredar sebanyak 5.000 lembar, maka jumlah saham dasar (saham portafel perseroan/saham yang belum beredar) tersisa sebanyak (10.000 - 5.000) = 5.000 lembar. Saham dasar perseroan ini dapat diterbitkan sewaktu-waktu pada saat aksi korporasi tertentu yang dilakukan oleh PT. ANS di waktu yang akan datang.
Dengan modal awal Rp5.000.000.000 selanjutnya PT. ANS menggunakan dana tersebut untuk belanja modal berupa bangunan kantor, cottage, tenda, gudang, peralatan kantor, dan lain-lain, hingga kemudian beroperasi dan menjual produknya berupa jasa pariwisata.
Dalam Laporan Keuangan (LK) akhir tahun buku 2017, dari penjualan produk jasa pariwisata PT. ANS memperoleh pendapatan usaha Rp5.000.000.000, kemudian setelah dikurangi pembayaran gaji direksi dan karyawan, biaya operasional usaha, dan biaya lain-lain yang jumlahnya mencapai Rp2.000.000.000, maka laba usaha (laba kotor) yang diperoleh PT. ANS sebesar (Rp5.000.000.000 – Rp2.000.000.000) = Rp3.000.000.000.
Perolehan laba usaha tersebut kemudian dipotong pajak Rp500.000.000, sehingga laba bersih yang diperoleh PT. ANS pada tahun buku 2017 sebesar (Rp3.000.000.000 – Rp500.000.000) = Rp2.500.000.000. Laba bersih sebanyak Rp2.500.000.000 inilah yang menjadi HAK PENUH para pemegang saham.
Besarnya keuntungan yang diperoleh dari setiap lembar saham (earning per share) atau EPS dihitung dengan cara laba bersih dibagi dengan jumlah saham beredar yaitu (Rp2.500.000.000/5.000 lembar) = Rp500.000 per lembar saham. Artinya setiap Rp1.000.000 modal yang diinvestasikan mendapatkan keuntungan sebesar Rp500.000.
Keuntungan sebesar Rp500.000 per lembar saham ini bisa dibagikan sebagian atau seluruhnya dalam bentuk uang tunai sebagai dividen, atau bisa juga belum dibagikan sebagai dividen, melainkan ditahan dulu untuk digunakan sebagai tambahan modal kerja PT. ANS di tahun berikutnya.
Dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) akhir tahun buku 2017 disepakati bahwa laba bersih sejumlah Rp2.500.000.000 tadi tidak akan dibagikan sebagai dividen, melainkan ditahan dulu untuk digunakan sebagai tambahan modal kerja PT. ANS di tahun 2018. Dengan demikian maka modal (ekuitas) PT. ANS meningkat dari semula sebesar Rp5.000.000.000 menjadi Rp7.500.000.000, sehingga nilai buku (book value) saham PT. ANS menjadi sebesar (Rp7.500.000.000/5.000 lembar saham) = Rp1.500.000 per lembar saham.
Investasi para pendiri yang awalnya hanya sebesar Rp1.000.000 per lembar saham, nilainya telah meningkat menjadi sebesar (Rp1.000.000 + Rp500.000) = Rp1.500.000 per lembar saham. Oleh karena itu, jika ada calon investor baru (sebut saja namanya Pak Ikhlas) yang hendak ikut serta menanamkan modalnya di PT. ANS, maka dana yang mesti disiapkan oleh Pak Ikhlas adalah minimal sesuai nilai buku terbaru PT. ANS yaitu Rp1.500.000 per lembar saham.
Bagaimana cara Pak Ikhlas dapat memiliki saham PT. ANS? Pilihannya ada beberapa cara, diantaranya yaitu pemegang saham lama (Pak Hartawan atau Pak Budiman atau Pak Tulus atau Pak Sabar) menjual sebagian sahamnya kepada Pak Ikhlas. Cara lainnya yaitu PT. ANS menerbitkan saham baru dari saham dasar (saham portafel) yang masih tersisa, kemudian dijual kepada Pak Ikhlas. Dalam dunia pasar modal penerbitan saham baru model begini biasa disebut dengan istilah private placement.
Jika cara pertama yang digunakan maka secara keseluruhan modal (ekuitas) PT. ANS tidak akan mengalami perubahan. Jika cara kedua yang digunakan maka ekuitas PT. ANS akan mengalami peningkatan sesuai dengan jumlah dana yang didapatkan dari hasil penjualan saham baru kepada Pak Ikhlas. Namun cara kedua ini akanmengakibatkan penurunan prosentase (dilusi) kepemilikan pemegang saham lama.
Singkat cerita terjadilah private placement, Pak Ikhlas membeli saham baru PT. ANS sebanyak 1.000 lembar dengan niai pembelian (Rp1.500.000 x 1.000 lembar) = Rp1.500.000.000. Dengan tambahan modal baru dari Pak Ikhlas sebesar Rp1.500.000.000 maka ekuitas PT. ANS kini meningkat menjadi sebesar Rp9.000.000.000 dengan jumlah saham beredar sebanyak 6.000 lembar.
Kini nama Pak Ikhlas telah resmi tercatat sebagai pemegang saham PT. ANS dalam akta notaris (akta perubahan komposisi pemegang saham PT. ANS), sehingga komposisi kepemilikan saham berubah menjadi sebagai berikut : Pak Hartawan sebesar (2.000/6.000 lembar x 100%) = 33,33%, Pak Budiman sebesar 16,67%, Pak Tulus sebesar 16,67%, Pak Sabar sebesar 16,67% dan Pak Ikhlas sebesar 16,67%. Besarnya prosentase kepemilikan pemegang saham lama terdilusi (berkurang) pasca masuknya Pak Ikhlas sebagai pemegang saham PT. ANS.
Pada akhir tahun buku 2018 (setelah komposisi pemegang saham berubah), PT. ANS mencatatkan laba bersih Rp3.600.000.000, sehingga laba bersih per saham (EPS) adalah sebesar (Rp3.600.000.000/6.000 lembar) = Rp600.000. Dalam RUPS akhir tahunbuku 2018 diputuskan bhawa laba bersih tersebut seluruhnya dibagikan sebagai dividen, maka distribusi dividen sebagai berikut :
a.  Pak Hartawan     : 2.000 lembar x Rp600.000 = Rp1.200.000.000.
b.  Pak Budiman       : 1.000 lembar x Rp600.000 = Rp600.000.000.
c.   Pak Tulus            : 1.000 lembar x Rp600.000 = Rp600.000.000.
d.  Pak Sabar           : 1.000 lembar x Rp600.000 = Rp600.000.000.
e.  Pak Ikhlas           : 1.000 lembar x Rp600.000 = Rp600.000.000.
Setelah memasuki tahun kedua, imbal hasil (return) yang diperoleh Pak Hartawan adalah meningkatnya aset dari semula Rp1.000.000 per lembar saham menjadi Rp1.500.000 per lembar saham dan ditambah perolehan dividen tunai sebesar Rp600.000 per lembar saham. Dengan kata lain uang Rp1.000.000 milik Pak Hartawan tumbuh menjadi Rp2.100.000
Bagaimana jika dalam perjalanan ke depannya PT. ANS mengalami kerugian?, tentu saja masing-masing pemegang saham menanggung rugi sebesar prosentase kepemilikan sahamnya. Pembagian proporsi resiko kerugian yang dialami oleh para pemegang saham mengikuti alur pembagian keuntungan sebagaimana hitungan di atas sesuai prosentase kepemilikan saham masing-masing di PT. ANS.
Bagaimana jika membeli saham tersebut dilakukan di Bursa Efek Indonesia? Pada prinsipnya sama saja dengan uraian di atas. Beberapa kelebihan lain jika membeli saham di Bursa Efek Indonesia diantaranya adalah : jual beli saham bisa dilakukan setiap saat selama jam pasar pada hari bursa, memperoleh capital gain dari selisih lebih antara harga beli dengan harga jual, banyak pilihan perusahaan dari berbagai sektor industri, pilihan harga saham yang bisa dibeli bervariasi dari mulai puluhan Rupiah hingga puluhan ribu Rupiah, dan masih banyak lagi kelebihan lainnya.       
Itulah saham, jika perusahaan memperoleh keuntungan, untungnya dibagi bareng-bareng sesuai prosentase kepemilikan sahamnya, dan jika mengalami kerugian, ruginya juga dibagi bareng-bareng sesuai prosentase kepemilikan sahamnya, karena saham adalah kepemilikan atas sebagian perusahaan.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.

0 komentar