Thursday, January 10, 2019

Hutan dan Devisa

HUTAN DAN DEVISA

Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Bulan September 2018 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa nilai ekspor komoditi dari Indonesia ke negara tujuan ekspor pada periode bulan Januari – September 2018 mencapai USD135,08 milyar. Negara-negara utama tujuan ekspor meliputi Amerika Serikat, China, Jepang, India, Australia, Korea Selatan, Uni Eropa dan  negara-negara di kawasan ASEAN.
Komoditi yang diekspor terdiri dari minyak dan gas bumi serta komoditi non minyak dan gas bumi. Komoditi non minyak dan gas bumi diantaranya adalah produk industri manufaktur, logam, kimia, dan produk olahan berbahan baku sumber daya hayati misalnya produk olahan kayu atau produk olahan berbahan baku dari tanaman perkebunan seperti karet.  
Data pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa nilai ekspor komoditi produk olahan berbahan baku hasil hutan (kayu) pada periode tersebut mencapai USD9,28 milyar, dengan komoditi yang diekspor meliputi pulp and paper, woodworking, veneer, wood chip, wood panel, furniture, bangunan prefabrikasi, serta produk kerajinan berbahan baku kayu.
Bahwa perolehan devisa dari ekspor komoditi produk olahan berbahan baku hasil hutan kayu (yang berasal dari kawasan hutan maupun dari hutan hak/hutan rakyat) tersebut setara dengan 6,87% dari total nilai ekspor Indonesia. Kontribusi sebesar itu dapat dicapai dengan jumlah tenaga kerja (swasta) yang terlibat di dalamnya sekitar 400.000 orang, baik di hulu (hutan) maupun di hilir (industri pengolahan) di seluruh wilayah tanah air.
Dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2018 diperkirakan sebanyak 270 juta orang, maka jumlah tenaga kerja yang berkecimpung di sektor ini tidak mencapai 1% dari total jumlah penduduk Indonesia, melainkan hanya sekitar 0,15% saja. Namun demikian, kontribusinya dalam perolehan devisa mencapai sebesar 6,87% dari perolehan devisa nasional.
Luas kawasan hutan produksi saat ini sekitar 68,8 juta hektar atau setara dengan 35,80% dari luas daratan Indonesia yang luasnya sekitar 192,20 juta hektar. Luas kawasan hutan produksi yang dikelola atau diusahakan dalam kerangka pengelolaan hutan produksi lestari sekitar 30,45 juta hektar atau setara dengan 44,26% dari total luas kawasan hutan produksi. Apabila dalam waktu ke depan kegiatan pemanfaatan kawasan hutan produksi bisa lebih dari hanya sebesar 44,26%, dapat dipastikan bahwa kontribusi perolehan devisa dari sektor ini bisa mencapai angka dua digit.

dok. andirerei.com












Besaran kontribusi (ekonomi) di atas hanya berasal dari kegiatan ekspor, lalu bagaimana dengan kontribusi dalam perekonomian di dalam negeri?, tentu sangat banyak, mengingat bahwa selain dari sumber daya yang berasal dari kawasan hutan (produksi), juga berasal dari hutan hak/hutan rakyat yang luasnya mencapai jutaan hektar dengan produksi kayu jutaan meter kubik pula.
Hutan dan devisa itu terkait erat, selain fungsi orologis, fungsi klimatologis, fungsi hidrologis, fungsi strategis, tersimpan pula fungsi ekonomis yang potensinya sangat besar untuk dimanfaatkan.
Dan satu lagi, hutan itu berfungsi estetis, di dalamnya terdapat beragam jenis flora dan fauna, bahkan hutan kita itu tempat tumbuh kembangnya ribuan spesies anggrek yang elok dan beberapa diantaranya merupakan endemik Indonesia. Oleh karena itu tidak berlebihan apabila segenap rimbawan di seluruh wilayah tanah air menyebut hutan kita sebagai “maha taman tempat kami berkerja”.     
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.

0 komentar