HUTAN DAN DEVISA
Buletin
Statistik Perdagangan Luar Negeri Bulan September 2018 yang diterbitkan Badan
Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa nilai ekspor komoditi dari Indonesia ke
negara tujuan ekspor pada periode bulan Januari – September 2018 mencapai
USD135,08 milyar. Negara-negara utama tujuan ekspor meliputi Amerika Serikat,
China, Jepang, India, Australia, Korea Selatan, Uni Eropa dan negara-negara di kawasan ASEAN.
Komoditi yang diekspor
terdiri dari minyak dan gas bumi serta komoditi non minyak dan gas bumi.
Komoditi non minyak dan gas bumi diantaranya adalah produk industri manufaktur,
logam, kimia, dan produk olahan berbahan baku sumber daya hayati misalnya
produk olahan kayu atau produk olahan berbahan baku dari tanaman perkebunan
seperti karet.
Data pada Direktorat
Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan bahwa nilai ekspor komoditi produk olahan berbahan baku hasil hutan
(kayu) pada periode tersebut mencapai USD9,28 milyar, dengan komoditi yang diekspor
meliputi pulp and paper, woodworking, veneer, wood chip, wood panel, furniture,
bangunan prefabrikasi, serta produk kerajinan berbahan baku kayu.
Bahwa perolehan devisa
dari ekspor komoditi produk olahan berbahan baku hasil hutan kayu (yang berasal
dari kawasan hutan maupun dari hutan hak/hutan rakyat) tersebut setara dengan
6,87% dari total nilai ekspor Indonesia. Kontribusi sebesar itu dapat dicapai
dengan jumlah tenaga kerja (swasta) yang terlibat di dalamnya sekitar 400.000
orang, baik di hulu (hutan) maupun di hilir (industri pengolahan) di seluruh
wilayah tanah air.
Dengan jumlah penduduk
Indonesia tahun 2018 diperkirakan sebanyak 270 juta orang, maka jumlah tenaga
kerja yang berkecimpung di sektor ini tidak mencapai 1% dari total jumlah
penduduk Indonesia, melainkan hanya sekitar 0,15% saja. Namun demikian,
kontribusinya dalam perolehan devisa mencapai sebesar 6,87% dari perolehan
devisa nasional.
Luas kawasan hutan produksi saat ini sekitar 68,8 juta
hektar atau setara dengan 35,80% dari luas daratan Indonesia yang luasnya sekitar
192,20 juta hektar. Luas kawasan hutan produksi yang dikelola atau diusahakan
dalam kerangka pengelolaan hutan produksi lestari sekitar 30,45 juta hektar
atau setara dengan 44,26% dari total luas kawasan hutan produksi. Apabila dalam
waktu ke depan kegiatan pemanfaatan kawasan hutan produksi bisa lebih dari
hanya sebesar 44,26%, dapat dipastikan bahwa kontribusi perolehan devisa dari
sektor ini bisa mencapai angka dua digit.
dok. andirerei.com |
Besaran kontribusi (ekonomi) di atas hanya berasal dari kegiatan ekspor, lalu bagaimana dengan kontribusi dalam perekonomian di dalam negeri?, tentu sangat banyak, mengingat bahwa selain dari sumber daya yang berasal dari kawasan hutan (produksi), juga berasal dari hutan hak/hutan rakyat yang luasnya mencapai jutaan hektar dengan produksi kayu jutaan meter kubik pula.
Hutan dan devisa itu
terkait erat, selain fungsi orologis, fungsi klimatologis, fungsi hidrologis,
fungsi strategis, tersimpan pula fungsi ekonomis yang potensinya sangat besar
untuk dimanfaatkan.
Dan satu lagi, hutan
itu berfungsi estetis, di dalamnya terdapat beragam jenis flora dan fauna, bahkan
hutan kita itu tempat tumbuh kembangnya ribuan spesies anggrek yang elok dan
beberapa diantaranya merupakan endemik Indonesia. Oleh karena itu tidak
berlebihan apabila segenap rimbawan di seluruh wilayah tanah air menyebut hutan
kita sebagai “maha taman tempat kami
berkerja”.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.
0 komentar
EmoticonEmoticon